Demam
panggung ialah virus yang melanda seseorang akibat rasa ketakutan dan rasa
ketidak-percayadirian yang ia miliki. Dahsyatnya, demam itu meracuni hampir
seluruh insan manusia di muka bumi. Ia bisa datang dengan spontan kapanpun, di
manapun dan pada diri siapa saja. Penyakit itu ditandai dengan jantung berdegup
kencang, telapak tangan berkeringat panas dingin tidak menentu dan tidak jelas,
perut mendadak mules dan pergi ke kamar kecil secara berkontinu dalam jangka
waktu yang pendek serta bolak-balik minum air segar.
Sebuah
contoh dimisalkan saat seseorang akan dihadapkan dengan sebuah forum yang
ditonton oleh khalayak umum. Sebelum hari H tiba, timbul rasa pesimis dan
pikiran-pikiran negatif yang terlintas di benaknya. Pikiran-pikiran negatif itu
bisa berupa pernyataan-pernyataan yang mungkin dapat diterka meragukan,
seperti, “Apakah aku bisa tampil dengan baik di depan audien?”, “Apakah
nantinya penampilanku menarik dan tidak membosankan?”, “Bisakah aku melalui
forum nanti dengan baik?”. Semua itu bergejolak di dalam sanubari dan timbul
rasa untuk merealisasikan prestasi yang sempurna, tanpa cacat dan
sesukses-suksesnya. Padahal, hal tersebut malah akan membebani dan akan terus
menjadi beban saat berpresentasi sehingga kesalahan sedikit saja bisa sangat mengganggu
pikiran. Jadi, sebaiknya hindari impian untuk sukses berpresentasi. Kita
membiarkan presentasi tersebut mengalir apa adanya dan cukup dinikmati serta
disaksikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Dewasa
ini, banyak trik untuk menjauhkan diri kita dari godaan demam panggung, di
antaranya yaitu pertama, penguasaan materi yang akan dibawakan dengan cara
memperkaya pengetahuan melalui sumber-sumber atau referensi bacaan dari buku,
internet, wawancara ataupun angket. Kedua, sikap rileks dan usaha untuk membuat
diri merasa nyaman juga tidak kalah penting. Pikiran tenang dan hati damai
membuat apa yang disampaikan kepada audien menjadi komunikatif. Ketiga,
perencanaan presentasi yang baik mulai dari sesi pembukaan hingga penutup dan
persiapan media dan sarana prasarana sebagai penunjang presentasi. Keempat,
perbanyak latihan dan perbaikannya juga diperlukan untuk menambah pengalaman
dalam berpresentasi. Terakhir, berdoa untuk kelancaran presentasi yang hendak
dibawakan.
Demam
panggung tidak sedikit memakan banyak korban. Oleh karena itu, kita harus
memiliki prinsip dalam menghadapi audien, yaitu “Aku dan mereka sama-sama makan
nasi, jadi mengapa harus takut”.
Jadi,
mulai dari sekarang, marilah kita tanamkan rasa keberanian dan kepercayadirian
dalam segala tindakan kita. Jangan pernah takut untuk menunjukkan pada semua
orang dan yang terpenting adalah jadilah diri sendiri.
Oleh : Firda Nurul Diah Ashshoffa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar