Sabtu, 24 Mei 2014

Karangan Persuasi: Berantas Demam Panggung


Demam panggung ialah virus yang melanda seseorang akibat rasa ketakutan dan rasa ketidak-percayadirian yang ia miliki. Dahsyatnya, demam itu meracuni hampir seluruh insan manusia di muka bumi. Ia bisa datang dengan spontan kapanpun, di manapun dan pada diri siapa saja. Penyakit itu ditandai dengan jantung berdegup kencang, telapak tangan berkeringat panas dingin tidak menentu dan tidak jelas, perut mendadak mules dan pergi ke kamar kecil secara berkontinu dalam jangka waktu yang pendek serta bolak-balik minum air segar. 

Sebuah contoh dimisalkan saat seseorang akan dihadapkan dengan sebuah forum yang ditonton oleh khalayak umum. Sebelum hari H tiba, timbul rasa pesimis dan pikiran-pikiran negatif yang terlintas di benaknya. Pikiran-pikiran negatif itu bisa berupa pernyataan-pernyataan yang mungkin dapat diterka meragukan, seperti, “Apakah aku bisa tampil dengan baik di depan audien?”, “Apakah nantinya penampilanku menarik dan tidak membosankan?”, “Bisakah aku melalui forum nanti dengan baik?”. Semua itu bergejolak di dalam sanubari dan timbul rasa untuk merealisasikan prestasi yang sempurna, tanpa cacat dan sesukses-suksesnya. Padahal, hal tersebut malah akan membebani dan akan terus menjadi beban saat berpresentasi sehingga kesalahan sedikit saja bisa sangat mengganggu pikiran. Jadi, sebaiknya hindari impian untuk sukses berpresentasi. Kita membiarkan presentasi tersebut mengalir apa adanya dan cukup dinikmati serta disaksikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. 

Dewasa ini, banyak trik untuk menjauhkan diri kita dari godaan demam panggung, di antaranya yaitu pertama, penguasaan materi yang akan dibawakan dengan cara memperkaya pengetahuan melalui sumber-sumber atau referensi bacaan dari buku, internet, wawancara ataupun angket. Kedua, sikap rileks dan usaha untuk membuat diri merasa nyaman juga tidak kalah penting. Pikiran tenang dan hati damai membuat apa yang disampaikan kepada audien menjadi komunikatif. Ketiga, perencanaan presentasi yang baik mulai dari sesi pembukaan hingga penutup dan persiapan media dan sarana prasarana sebagai penunjang presentasi. Keempat, perbanyak latihan dan perbaikannya juga diperlukan untuk menambah pengalaman dalam berpresentasi. Terakhir, berdoa untuk kelancaran presentasi yang hendak dibawakan.

Demam panggung tidak sedikit memakan banyak korban. Oleh karena itu, kita harus memiliki prinsip dalam menghadapi audien, yaitu “Aku dan mereka sama-sama makan nasi, jadi mengapa harus takut”.

Jadi, mulai dari sekarang, marilah kita tanamkan rasa keberanian dan kepercayadirian dalam segala tindakan kita. Jangan pernah takut untuk menunjukkan pada semua orang dan yang terpenting adalah jadilah diri sendiri.


Oleh     : Firda Nurul Diah Ashshoffa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar