Bingung adalah kata pertama yang mengawali deskripsi laman ini.
Yaps, kata itu yang terselip dalam hati dimana tangan akan memencet satu tombol
pertama dan akhirnya menambatkan pilihannya pada huruf “B” (ngomong apa sih
gue? =))ωªªkªª =)) =))ωªªkªª=)) =))ωªªkªª ).
Ahh, bingung, bingung, HILANG! #wuussh, haha. Yess, hilaaaanggg (#tertawalebar
:-D).
Sebelumnya, aku meminta maaf kepada pembaca. Bukan maksud aku untuk memfitnah kalian bahwa kalian meng-KEPO-in eksistensi pembuat blog ini. Bukan prasangkaku pula bahwa kalian sangatlah terbebani dengan “Siapakah Finu? Siapakah Finu?”. Terlebih lagi jika kalian berpikir bahwa level GR aku sudah mencapai stadium akhir yang hanya menunggu untuk meledakkan ketidakpopularitasnya diriku ini (Nah loh, GR banget kan gue :-D).
Banyak orang awam dan sebaliknya bercakap bahwa “Tak kenal maka tak sayang” (emang kalo udah kenal, kalian mau menyayangiku :/ #efekngejomblo, haha ;-D) nah, di sini, di laman ini, aku ingin membongkar “Siapakah Finu” sebenarnya. (#detektifFinu beraksi) Boleh ya? Boleh ya? Pilihannya hanya ada dua. Pertama, “Boleh”. Kedua, “Terserah loe aja”. Oke fix, tak salah kan, jika sekarang waktunya buatku ng-exis bin narsis? Checkidot ======>
Finu.... Finu Diasfa... Iya, kalian pasti mengerti, kan? Halaah,
masa kalian tak mengerti. Hadeeeh (Θ˛Θƪ) ,
tiba-tiba penyakit malasku muncul. (Gue menengadahkan kedua tangan gue) Tuhan,
berikan aku amnesia sementara supaya aku lupa kalau penyakit malasku sedang menyerang.
(takk...tikk...tukk... bunyi apaan coba? Haha ;-D ) Yeaah, akhirnya lupa juga (Wuiih,
patasss :) . Oh
ya, lupa kok pake’ ngomong #GjnyaGue
:-D)
Okay, start it now. Finu Diasfa. Jaman sekarang nama julukan itu sedang membahana membabi buta di kalangan ABG seperti angkatanku. Teman-temanku juga memakai nama julukan. Bahkan satu ekor temanku mempunyai lebih dari dua nama julukan (#peaceBrayy ♉(‾⌣‾)♉ ). Kata mereka, nama julukan atau nama beken menambah keakraban dalam menjalin sebuah relasi bin sosialisasi sehingga dapat terhindar dari labil sosial dan kontroversi pertemanan (kata-kata nge-HITZ 2013 nih, haha :-D). Apabila aku sebutkan satu per satu nama julukan itu, mungkin bisa memakan waktu perjalanan Neil Amstrong menuju bulan dengan menggunakan getek buatanku (╋╋ム ╋╋ム ╋╋ム, emang gue bisa bikin getek = rakit? ).
Ini secuplik saja nama julukan temanku yang bisa aku diktekan.
Jaman SD: Sinyo, Embe, Ibuk, Kodok, Keci, Ripanol, Bajul, Ndewor, Delintunk, Chaca, Jamblob, Dakochan, Ciput, Mama, Icon, Blangkon, Bapak, Pringgono, Cecep, Tembem
Jaman SMP: Mbah, Mami, Sayut, Pe-We, Chippy, Nanthonk, Pak_Ketu, Mbok_Na, KuDaniel, Sirno, Ta’in, Move_it, Nanez, Anggi, d’Ayy, Qie, Phee, Viea, Ketilunk, Kenthir, Kekok, Ijjah, Ayiend, d’3
Jaman SMA
Kelas X: Bang_Syuk, Dzky, Aedam, Deaww, I-Phone, Cak To, Manenok, Bang_Sat, C’Rigk, D’Jend, D’Debb, Mak_Cheppy, Pity, Pushy, Elf, Merry, P-Man, Su-genk, Unnie, Neng, Teteh, Cece, Soleh, Mbak_Lophe, Dee, Chaego_Minyu
Kelas XI: Pian, Silipi, Otho, NengKa, #Inezial, Ment-Ment, Sinyo, Blonyo, Mbah, Eyang, Depara, Mas BoyBand, Iwriel, Mak_Dess, Mbah Laivo, Spark_Zoel, Retkim, Encepp
Kelas XII: Pooh, Opal, Ipin, Bang_Sapri, MaUl, Mbambel, Cipo, KY-KY, Phiphied, CePe-Ye?, Cimprut, Enci, Preman (#bukanPermen J), Getot, Peyek, Mancung, Unni-ya, Enayy
Nah, nama-nama itu yang masih terngiang di telingaku (kayak lagu dangdut aje :) ). Asal-muasal nama-nama itu bisa diambil dari kemiripan dengan namanya, kesukaannya, perilakunya, fisiknya, dan bisa juga dari nama orang tuanya (yang pilihan terakhir jangan ditiru, yah. TAK BAIK ;) Betul... Betul... Betul... #kataIpin )
Back to my epithet, Finu Diasfa. Saking inginnya aku memiliki nama julukan, aku sampai think hard pake B.G.T buat menentukan nama yang akan aku usung jadi nama bekenku esok dan nanti. Berhari-hari, berminggu-minggu, tak sampai bertahun-tahun, dan akhirnya tepat kelas IX semester akhir SMP, ya semester 6 dimana semua teman-temanku hendak mendesain kaos kelas dengan bernama punggung nama beken mereka masing-masing. Yeaah, hatiku tergerak dan secepat kilat aku berbangga diri karena aku bertitel, “FINU DIASFA”. [Loe ngomong panjang kali lebar dari tadi tapi belum nemuin luas maksud “Finu Diasfa” ]. Sabar, Mbak, Mas, jangan pindah channel dulu [loe pikir nonton TV, haha :-D] . Tenang dulu, santai, orang sabar disayang pacar, eeh Tuhan (#efekngejomblo2 :-D)
Oke, sampai dimana tadi? (Haha :-D amnesianya to be continued) [“Sampai di jurusan Raja Ampat-Wakatobi,” Mbak, Masnya jengkel ╰(◣﹏◢)╯] (wuiih, sekalian refreshing ke dua pulau indah di Indonesia itu|_|ɔ,(‾▿‾),--oo ) [Refreshing mulu, mentang-mentang yang habis dari Pulau Seribu Pura] Bahasan yang mulai tak menemukan titik terang (╯'_'╰") . Lupakan !!!
Oh ya, aku ingat!!! (Sambil membentuk jari dengan angka satu dan seolah-olah menunjuk lampu dop imaji di atas kepala gue yang mulai menyala terang berwarna oranye, haha). Tadi kita membahas sampai Finu Diasfa, iya kan? [kitty swear, pinky swear, banana cherry strawberry swear, dari tadi yang dibahas itu, Mblo Σ ( °┌┐ ° !! ) ] (Kalian SADIS !! Sakit hati Finu, perih batin Finu #korbansinetron emang bener sih! Jomblo #galau (っ╯_╰˘) haha :-D )
Oke, Finu Diasfa. Mulai dari mana dulu, ya? [Kelamaan Loe, lama-lama bikin Mbak, Mas, jatuh hati sama Loe ( ♥͡▽♥͡ ) #lhooh #gaknyambung Haha :-D]
Banyak orang yang bilang nama adalah doa (Mulai bener nih, gue J). Makanya, dalam membuat nama julukan, aku tak pernah mengasal. Kan sayang sekali. Orang tua sudah mencarikan nama bagus-bagus, harus bersemedi, harus berpuasa tujuh hari tujuh malam (#matidong (╯'_'╰") ), harus berhujan-hujanan ke rumah Pak Kyai dengan harapan supaya anaknya memperoleh pegangan doa yang akan membawanya pada jalan kebaikan. Oke, gimana kata-kata barusan? Setuju (y). Oleh karena itu, aku memberi nama julukan “Finu Diasfa” yang merupakan mahakarya terdahsyatku sampai saat ini. Hingga saking hebatnya, teman-temanku bukan lagi amnesia sementara, tapi memang benar-benar membuang memori mereka tentang nama asliku. Mereka hanya mengenalku dengan nama “Finu”.
Tiba saatnya akronim dari ”Finu Diasfa” aku uraikan.
Finu Diasfa à Fi-Nu-Di-As-Fa
Mbak, Mas, sudah mengetahuinya, kan? Yess, akhirnya hutangku lunas. [Maksud Loe :-/]
Oke-oke, jangan ngangkat pinggang dulu (#pinggangdiangkat :-/) lanjuuut, tarik, Mang!
“Fi-Nu-Di-As-Fa” itu adalah kependekan dari namaku. Ya, sekali lagi, aku tak ingin pengorbanan kedua orang tuaku sia-sia karena mereka harus basah kuyup untuk mendapatkan sebuah nama yang WOW pake bingitzz. Hehehe :-D. Ini dia uraiannya:
Fi à Firda
Nu à Nurul
Di à Diah
As-Fa à Ashshoffa
Yeah, that’s “Finu Diasfa” which means “Firda Nurul Diah Ashshoffa”. Gara-gara air hujan tersebut, aku benar-benar yakin bahwa dua malaikat kesayanganku itu bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa melainkan juga pahlawan yang terkenang di setiap hempas dan hembusnya napasku. (#sosweet (ʃƪ´▽`) (´▽`ʃƪ) ) Kata Ibu, namaku itu indah. Indah sekali maknanya.
Aku takut kalian KEPO lagi, nih aku bocorin! Tapi jangan mengemberkan kepada siapapun, ya? (#eeh semua orang juga tau #blogger ini bisa di jamah mereka #ngiklan haha J)
Kata Ibu,
Firda à Firdaus = Surga
Nurul à Nur = Cahaya
Diah = -
Ashshoffa à Shaf = Barisan
Tuh, apa yang aku cakap. Benar kan? Bela-belain tuh ditetesi air dari langit demi “Barisan Cahaya Surga” yang apabila di-Englishkan menjadi “The Lines of the Heaven’s Light”. Aku jadi ingin terharu (Masih ‘Ingin’ (っ╯_╰˘) ) Terima kasih, Ibu. Terima kasih, Ayah. Firda sayang kalian ♥͡.̮♥͡
Gimana, Mbak, Mas? Aku tak jadi dipenggal, kan? Aku mohon. Hanya itu rahasia yang aku miliki. Aku sudah mengeluarkan semua ember yang ada. Aku sudah tak membawa apa-apa. Lihat! Tanganku kosong. Kini, tinggal hatiku yang was-was karena melihat pojok kanan bawah pada layar laptopku yang menunjukkan ikon baterai dengan warna merah satu garis. Jadi, aku mohon Mbak, Mas, titt...titt...titt...(kayak bunyi alat detak jantung, haha :) #bateraihabis :( )
hahaha sip mbak g nyangka aku ternyata alyer jga -_-
BalasHapussiapa juga yang ngajari? *nunjuk yang beri komentar di atas* :D
Hapussiapa mbak? #kepoer
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus