Istilah tersebut diartikan bahwa guru
adalah orang yang berjasa yang berperan mendidik disekolah tanpa mengharapkan
atau meminta penghargaan dalam melaksanakan tugasnya. Ia ikhlas dan menerima mengajar dengan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan
hidup dalam sebulan.
Di zaman yang
semakin susah ini, orang tidak akan mampu hidup hanya dengan pujian. Gelar “
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” tidak mampu memberi hidup yang layak bagi mereka
bahkan justru membebani. Selain mendapat
sanjungan, pujian dan gelar, guru harus mendapatkan penghargaan atas jasa yang
mereka perbuat.
Namun, gaji
yang diterima tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga dalam sebulan. Akhirnya
sang guru harus mencari akal dan memutar otak untuk menambah penghasilan selain
gaji. Akibatnya ada guru yang berprofesi
ganda, pagi sebagai guru, sore sebagai tukang ojek, pedagang, petani, tukang
becak, dll.
Di balik itu
semua, guru memiliki harapan yang besar yaitu mengantar manusia-manusia menuju
kepada keberhasilannya. Berkat tugasnya yang begitu mulia tersebut, para guru
rela mengorbankan jerih payahnya.
Dalam novel ini
Gerson Poyk (pengarang novel sang guru ) memaparkan sisi guru sebagai manusia
ditengah-tengah kesibukanya sebagai pendidik. Fokus Gerson bukan pada proses
mengajar dan belajar, melainkan pada pribadi guru.
Tema dalam
novel Sang Guru adalah kesederhanaan hidup untuk mendapatkan kebahagiaan.
Kesederhanaan hidup tercermin dalam kehidupan Ben sebagai tokoh utama. Ben dan
ibunya bersedia tinggal di gudang sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ben harus meminjam uang dan makanan pada pesuruh sekolah. Kesederhanaan juga
muncul pada diri Sofie istri Ben maupun tokoh yang lainnya. Kehidupan para
tokoh berlatar tempat di Ternate dan Manado. Kota Ternate dan Manado sesuai
dengan latar sosial novel Sang Guru. Novel ini berlatar pemberontakan RMS di
Maluku dan Permesta di Sulawesi Utara. Kedua peristiwa tersebut berlangsung
pada sekitar tahun 1956 sampai tahun 1961. Alur yang digunakan dalam novel ini
adalah alur maju (progresif). Cerita dimulai sejak Ben tiba di Ternate dan
berakhir di Manado ketika Ben menjadi tentara dan petani kopra.
Cerita dalam
novel ini memberikan gambaran tentang kesederhanaan seorang guru yang
membuahkan kebahagiaan dalam hidupnya. Ia rela menjadi guru walaupun hidup di
gudang dengan gaji sedikit. Bahkan ia tidak mau dikatakan sebagai seorang
pahlawan karena tujuan, kebahagiaan dan harapannya adalah ingin mendapatkan
sesuap nasi untuk memberi makan pada ibunya yang sudah tua.
Cerita dalam
novel ini disajikan dengan gaya yang memikat yang diisi dengan pembendaraan
kata yang cukup banyak serta gaya bahasa yang menarik. Sehingga mampu
menarik para pembaca untuk membacanya dan memahaminya.
By: Finu Diasfa