Kamis, 22 Mei 2014

Karangan Argumentasi

Harga Buku Meroket, Minat Baca Masyarakat Dangkal

Dari dulu hingga kini, dunia pendidikan di Indonesia kerap disoroti oleh berbagai media. Hal itu terjadi karena minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah terutama kaum pelajar. Kenyataan tersebut didasari oleh kepedulian masyarakat yang kurang terbuka akan eksistensi buku. Padahal, buku adalah sumber ilmu dan jendela dunia yang turut bertindak sebagai partisipan penting dalam pembentuk karakter seseorang dan menopang terciptanya sumber daya manusia yang selain berkualitas juga berbudi pekerti luhur. Namun, bagi sebagian masyarakat, buku adalah media terakhir yang dijadikan mereka untuk memperoleh wawasan dan informasi. Mereka lebih memilih untuk menggunakan internet karena dinilai lebih praktis dan cepat dalam mengakses berita.
Selain itu, problem minat baca juga dikaitkan dengan bidang ekonomi. Hal itu terlihat dari keengganan masyarakat untuk membeli buku dikarenakan biayanya kian hari kian melambung. Harga kertas, ongkos cetak, beban penerbit, ongkos distribusi hingga diskon modern bookstore yang begitu mencekik penerbit buku dan pula membuat masyarakat kelas bawah ikut merasakannya. Apabila keadaan ini terjadi berkontinu, bagaimana bisa peradaban bangsa bisa maju jikalau masyarakatnya berpikir dua kali untuk membeli buku baru. Sungguh sangat disayangkan karena mengingat harga buku mahal, minat baca rendah dan daya beli masyarakat juga rendah, sehingga membuat cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagai punguk merindukan bulan. Masyarakat Indonesia semakin miskin ilmu karena tidak mampu membeli buku yang harganya menjulang tinggi di atas awan.

Masyarakat Indonesia dan terlebih pelajar yang merupakan generasi muda penerus bangsa bertugas mengentaskan diri bangsa dari jurang kebodohan dengan berupaya menumbuhkembangkan minat baca buku dengan menjadikannya sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Upaya tersebut bisa diawali dengan hal yang lebih sederhana di antaranya meminjam buku di perpustakaan dan membeli buku bekas maupun memperoleh buku bantuan dari pemerintah. Akan tetapi, bukan saja masyarakatnya yang berpeluh mendongkrak upaya tersebut. Dukungan pemerintah yang turun tangan untuk memastikan harga buku tetap murah juga menjadi upaya yang tidak kalah penting. Hal tersebut dilakukan demi pendidikan yang murah dan proses pembangunan intern Indonesia serta masa depan bangsa Indonesia yang beradab.

Kita bersama-sama berupaya menghapus pernyataan bahwa pendidikan hanya milik orang kaya, sedangkan orang miskin dilarang pintar. Padahal, UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 tercantum deretan kata bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Semua kalangan memperoleh hak yang sama untuk mendapatkan pengajaran. Selama ini, pendidikan dimulai dari proses mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Untuk aspek membaca, bahan bacaan ikut mempengaruhi minat baca pembacanya. Oleh karena itu, selembar kertas dari sobekan bukupun sangat berperan terhadap kemajuan pendidikan di suatu bangsa.


By: Firda Nurul Diah Ashshoffa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar