Selasa, 10 April 2012

Cerpen "FINU" edisi 2010

Idolaku, Semangatku

Saat sang surya terbangun dari peraduannya, burung-burung berkicauan, serta angin bergerak perlahan seiring menyambut datangnya pagi yang cerah. Seperti biasanya, kukayuh sepeda kesayanganku perlahan demi perlahan 'tuk mengais ilmu di sekolah terfavorit di daerah tempat tinggalku.
Setiba di sekolah, kulihat parkiran sekolah penuh dengan hiasan kain batik yang menyelimuti tempat itu. Kebetulan tempat itu digunakan untuk memamerkan lukisan karya kelas 9C. Di kelas itu, ada seseorang yang sangat aku kagumi. Andi, nama yang sering dipanggil oleh teman-temannya. Di kelasnya, dia dikenal baik, cerdas, dan ramah kepada temannya. Itulah kenapa aku mengaguminya. Dengan adanya Kak Andi dalam hari-hariku, itu membuatku lebih berapi-api tuk berangkat sekolah. Karena setiba di sekolah, aku bisa melihatnya tersenyum dan ketawa. Kak Andi itu bagaikan motivator dalam hidupku.
Namun, seandainya waktu dapat diputar kembali, mungkin aku masih menyimpan kebencian pada Kak Andi. Penyebabnya hanya masalah sepele. Saat aku masih kelas 7, waktu itu aku sedang asyiknya berangkat sekolah sambil menikmati hamparan sawah yang hijau bersama Si Pinki, sepeda kesayanganku. Tiba-tiba dari arah belakang, muncul Kak Andi dengan sepeda pemberaninya yang siap tuk membalapku dengan cepat bagaikan kilat yang menyambar. Aku sampai shock melihatnya. Dalam fikiranku, Kak Andi sama sekali tidak bisa menghargaiku sebagai cewek. Dan sepertinya dia juga tidak menerapkan motto "Ladies First" dalam kesehariannya. Dasar cowok!! Semuanya sama. Nggak ada yang mau mengalah demi cewek. Huuuh.......
Peristiwa itupun terjadi berulang kali sampai aku duduk di kelas 8 semester 1. Dan sampai akhirnya, aku pun mengecap Kak Andi sebagai cowok yang paling aku benci di muka bumi ini. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, aku mulai sadar bahwa aku telah termakan oleh omonganku sendiri. Karena kalau dipikir-pikir, sepertinya dia itu anak yang baik, manis, cerdas, murah senyum pula. Setelah kupandangi dia berhari-hari, berbulan-bulan, akhirnya aku pun semakin yakin bahwa aku begitu kagum dengannya.
"Oh Tuhan, maafkan aku karena aku pernah membencinya. Berilah aku kesempatan untuk lebih dekat dengannya. Dan tunjukkan padanya bahwa aku ingin jadi teman yang baik untuknya." Pintaku setiap saat kepada Sang Pencipta atas bumi dan langit.
Dan pada hari ini, aku tak mau melewatkan kesempatan yang telah Tuhan berikan padaku. Aku harus bisa menemui Kak Andi di acara pameran lukisannya. Dan aku harus berusaha tuk mewujudkannya.
Di dalam kelas seperti hari-hari biasanya, pelajaran demi pelajaran ku lalui. Akan tetapi, tak satupun pelajaran yang masuk dalam pikiranku. Dalam benakku tertuju pada pameran lukisan itu. Ku ingin segera meluncur ke tempat itu bersama teman-temanku.
Teeet.....teeeet......Jam istirahat berdentang. Hatiku pun menggebu-gebu 'tuk segera menyaksikan pameran lukisan itu. Akupun langsung mengajak teman-temanku untuk melihatnya bersama-sama.
Sesampainya di parkiran sekolah, jantungku berdegup kencang layaknya genderang mau perang. Waoow......aku gugup banget saat melihat Kak Andi. Dia yang keasyikan bercanda tawa bersama teman-temannya, membuatku semakin larut dengan suara tawanya. Sementara itu, teman-temanku memandangi lukisan satu demi satu sambil memotretnya sebagai kenang-kenangan. Aku juga tak mau kalah. Akupun mencari dua lukisan karya Kak Andi yang kemudian aku abadikan dalam HPku. Goresan kuas pada lukisannya yang diberi judul "Sunset" dan "Panorama", membuatku begitu takjub akan keadaan yang digambarkan di dalamnya. Dalam pikiranku tersirat dua kata, very good. Waoow... You're the best, Kak Andi.....!!!!
Saat aku dan teman-temanku memotret lukisan yang ke-4, aku bertemu dengan Elita, anak 8B. Dia menyapaku dan bercakap-cakap dengan tema yang tak tahu kemana arahnya.
"hehehe, oh iya.... by the way, kamu mau nggak ngebantuin aku?" pintaku pada Elita.
"Bantuin apa?" tanyanya.
"Jadi gini, aku pengen banget minta nomor HPnya Kak Andi. Tapi aku malu minta langsung ke dia. kamu mau nggak nemenin aku?" tanyaku.
"Ya dech....mau.... asal...???"
"Asal apa?"
"Asal... kamu kasih nomor HP kamu ke aku, gimana?"
"Up to you deh, tapi beneran kan kamu mau nemenin aku?"
"Yo'i." Jawab Elita bersemangat.

Akhirnya, aku dan Elita sepakat untuk menghampiri Kak Andi dan teman-temannya. Gugup, malu, dan deg-degan bercampur jadi satu layaknya adonan kue yang mau dicetak. Akan tetapi, aku harus tetap memberanikan diri untuk menghadapi itu semua. Sesampainya di depan Kak Andi, aku memanggilnya.
"Kak Andi...."
"Ada apa dek?" Tanyanya.
"Aku boleh nggak minta nomor HPnya kakak?" Pintaku.
"Buat apa dek?"
"Yaaaaaaa, buat nambah teman aja, boleh nggak kak?"
"Ciiee....ciiee... Andi sama siapa tuh? Wach, kayaknya ada yang cemburu nih!" Teriakan salah seorang teman Kak Andi kepada seseorang yang menurutku seseorang itu suka dengan Kak Andi.
"Gimana ya dek?" Kata Kak Andi.
"Boleh apa enggak, kak? Please, boleh ya?"
"Ya udah kakak kasih deh, catat ya nomornya....!!"
"OK!!!" Jawabku bersemangat.
"Nomornya 085731234567. Gimana dek, udah selesai nyatat nomornya?" Tanya Kak Andi padaku.
"Udah kak, makasih ya....!" Jawabku.
"Sama-sama dek," Balasnya.

Aku pun langsung mengucapkan banyak terima kasih pada Elita karena dia sudah mau menemaniku. Sesuai dengan perjanjian, aku pun memberikan nomor HP ku kepadanya. Dalam kejadian ini, aku bisa lebih akrab dengan Elok. Sekali lagi Thanks ya, Elita...!!
Setelah itu, aku keluar dari parkiran dengan hati gembira, senang, bangga, diaduk jadi satu. Huft.... akhirnya impianku tercapai juga.
Sesampainya di kelas, aku bercerita ke semua teman-temanku tentang apa yang terjadi barusan. Aku ingin berbagi kebahagiaan bersama mereka. Oh indahnya…!!
Teeet.....teeeet......teeeeet...... Jam pulang pun berbunyi. Itulah waktu dimana semua murid merasa bebas dan gembira karena pelajaran di sekolah telah usai. Tak terkecuali aku. Aku pun berpikiran yang sama seperti mereka. Aku juga merasa bebas meskipun tugas-tugas yang menumpuk selalu menghantuiku setiap saat. Tapi seenggaknya, aku bisa mengerjakan tugas-tugas itu dengan santai dan lebih berkonsentrasi di rumah.
Dalam perjalanan pulang, temanku merasa heran dengan raut wajah dan sikapku yang tampak gembira dan bersemangat. Dia pun tak canggung tuk bertanya padaku.
"Firda, kok kamu hari ini semangat amat, ada apa nih?" Tanyanya padaku.
"Kamu tau nggak, hari nih aku gembira banget soalnya aku abis minta nomor HPnya Kak Andi."
"Yang benar kamu, Fir?" Tanyanya seakan tak percaya.
"Swear, aku nggak bohong." Jawabku.
"Hebat....hebat..... aku salut banget sama kamu, Fir!" Pujinya padaku.
"Thank you, guys." Jawabku.Setiba di rumah, aku merasa bimbang. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus SMS Kak Andi atau nggak. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim SMS ke dia.
Sebelumnya, aku memperkenalkan diriku dan alasanku mengidolakannya kepada Kak Andi. Sampai akhirnya setiap obrolan lewat sms, kita banyak bercanda tawa bersama, curhat bersama, berbagi ilmu bersama. Waaah, pokoknya asyik deh.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, tak terasa Kak Andi akan lulus dan melanjutkan ke SMAN favoritnya. Aku pun sedih. Namun aku harus memahami keinginan Kak Andi serta mendukungnya.
Dan aku akan selalu mengingat tanggal 8 April 2010 sebagai hari yang kali pertamanya aku bisa berhubungan dengan idolaku. :)


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar